Kamis, 02 Maret 2017



Orang yang Merugi

Dalam perdagangan, manusia tentu ingin meraih keuntungan, bukan kerugian, apalagi sampai bangkrut, yakni bukan hanya hanya untung yang tidak diperolehnya, tapi modalpun sampai habis sehingga ia punya utang yang banyak.
Dalam hubungan dengan Allah SWT, disebut juga dengan hubungan perdagangan sebagaimana firman Allah SWT surat  (QS Ash Shaff [61]:10-11).
artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?.  (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Ketika keuntungan dalam perniagaan dengan Allah SWT mau dicapai oleh manusia, ternyata bisa jadi banyak manusia yang bangkrut, Rasulullah SAW memberikan contoh dalam sabdanya:
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُوْنَ مَاالْمُفْلِسُ؟ قَالُوا اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَدِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ هِ فَإِنْ فُنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَ مَا عَلَيْهِ أُخِذَا مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ

Artinya Rasulullah bersabda: “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?”. Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda”. Sabda Nabi: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang dihari kiamat membawa salat, puasa dan zakat. Dia datang pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka (HR. Muslim).
Dari hadis di atas, ada tiga model orang yang bangkrut sehingga amal baiknya tidak cukup untuk menutupi keburukannya:
1. Mencaci dan memfitnah
Mencaci apalagi memfitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela, dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang melakukannya sehingga terjadi banyak konflik antar satu orang dengan orang yang lain atau antar satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Pada zaman sekarang saling mencaci bahkan sudah digunakan untuk mencari nafkah seperti yang dilakukan para pelawak dengan menghina teman lawaknya juga meskipun yang dihina tidak marah, tapi paling tidak hal itu telah membangun budaya saling menghina, apalagi yang dihina adalah ciptaan Allah SWT seperti menghina postur tubuh yang pendek, kulit yang hitam, gigi yang tonggos, bibir yang monyong, dll. Ini semua akan menjatuhkan martabat manusia dan rasa percaya dirinya menjadi rendah sehingga menjadi sesuatu yang sangat tidak dibenarkan.
Dalam konteks fitnah, hal yang sangat tragis adalah orang yang tidak bersalah dituduh sebagai orang yang bersalah, sedangkan orang yang bersalah seolah-olah menjadi tidak salah, namun hal ini sebenarnya sangat merugikan pelakunya,
Allah SWT berfirman: Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)n dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang yang beriman, jauhilah sebagian dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS Al Hujurat [49]:11-12).
2. Memakan harta orang lain
Mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT agar manusia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apalagi sampai bisa membantu orang lain. Keharusan mencari harta bahkan bila perlu dengan menjelajah berbagai penjuru bumi sebagaimana firman Allah SWT: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (QS Al Mulk [67]:15).
Meskipun mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah Allah SWT sehingga memiliki keutamaan yang sangat tinggi dan mulia, namun mencarinya tetap tidak boleh sampai menghalalkan segala cara, baik dengan menipu apalagi dengan mengambil harta orang lain dan yang sangat tragis adalah bila ia berusaha mendapatkan legalitas hukum untuk “menghalalkan” apa yang bukan miliknya itu, baik melalui notaris maupun hakim yang bisa disogok, inilah yang oleh Rasul SAW dikelompokkan sebagai orang yang bangkrut, Allah berfirman: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantaramu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Setiap kita pasti tidak suka bila harta yang kita miliki apalagi hal itu dicari dengan susah payah, dimakan oleh orang lain dengan cara yang tidak benar, apalagi bila lembaga penegak hukum malah membenarkan sesuatu yang tidak benar itu. Bila itu tidak kita sukai, maka bagaimana mungkin kita justeru yang melakukan hal itu?. Karenanya sangat wajar bila orang seperti itu termasuk orang yang bangkrut dihadapan Allah sehingga ia menjadi orang yang sangat rugi.
3. Menganiaya dan membunuh
Sesama manusia sebenarnya kita ini bersaudara yang membuat kita harus saling menyayangi dan menghormati, bahkan saling melindungi bila ada pihak lain yang menganggunya. Karena itu jangan sampai seseorang menganiaya orang lain, apalagi sampai membunuhnya tanpa alasan yang bisa dibenarkan, Allah SWT berfirman: Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya (QS An Nisa [4]:93).
Dalam kehidupan manusia, ternyata telah banyak orang yang menjadi bangkrut yang akan membuat mereka sangat menderita dalam kehidupan di akhirat nanti, hal ini karena kenyataan menunjukkan betapa banyak manusia yang menganiaya manusia yang lain dengan penganiayaan yang sangat kejam, bahkan tanpa sebab yang jelas dan betapa banyak manusia yang membunuh orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan sehingga nyawa manusia yang begitu berharga melayang begitu saja tanpa jelas pertanggungjawabannya di dunia ini.
Manakala manusia termasuk ke dalam kelompok orang yang bangkrut, maka nilai kebaikan yang ia lakukan di dunia, baik dalam konteks peribadatan kepada Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia akan dijadikan sebagai penebus dosanya itu kepada orang yang dirugikannya, namun karena begitu besar dosanya itu, maka iapun harus menutupi dosanya itu dengan azab neraka jahannam yang tiada terkira pedihnya. Bila kita percaya tentang hal ini, maka pembuktiannya adalah dengan tidak melakukan hal-hal yang membuat kita bisa menderita di neraka jahannam sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasul SAW dalam hadis di atas
 Semoga kita tidak termasuk orang – orang yang  beruntung dalam segala aktivitas dengan hubungan dengan Allah dan dalam hubungan dengan manusia di dunia juga diakhirat.

penyuluh nkri

penyuluh nkri

materi kultum RSU Tulungagung



Materi  Kultum As Syifa’
Meraih Syafaat Al-Quran

Ada  sebuah doa yang sangat populer. Doa biasanya dibaca ketika kita selesai mengaji Al-Quran. Anak-anak Kaum Muslim sangat hafal doanya. Bunyinya, “Allahummarhamnaa bil Qur`aan waj`alhu lanaa imaama wa nuuraa wa hudaa wa rahmah, Allaahumma Dzakkirnaa minhu maa nasiinaa wa `allimnaa minhu maa jahilnaa warzuqnaa tilaawatahu aanaa`allaili wa athroofan nahaar waj`alhu lanaa hujjatan, yaa Rabbal `Aalamiin.”
Doa tersebut berisi permohonan kepada Allah agar kita mendapat rahmat melalui Al-Quran, diberi ilmu, bimbingan, cahaya iman, dengan Al-Qur`an. Di ujung doa ini terdapat permintaan agar Al-Qur`an menjadi saksi yang meringankan kita di hadapan Allah, “Waj`alhu lanaa hujjatan.”
Al-Quran sebagai Kalam Allah bisa memberi pertolongan, atas izinNya, dalam bentuk syafaat. Ia bisa menjadi perantara untuk menolong kita ketika mempertanggungjawabkan amal kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.
 Kita  sebagai umat nabi Muhammad harus senang membaca Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah bersabda :
اقرأوا الْقُرْآن فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْم الْقِيَامَة شَفِيعًا لأَصْحَابه  (رواه مسلم
 “Bacalah Al-Quran, kelak ia akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim).
Membaca Al-Quran merupakan aktifitas yang harus menjadi kebutuhan rohani demi meningkatkan mutu dan kualitas spiritual. Di era teknologi seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah membaca Al-Quran lewat telepon genggam yang kita genggam ke mana saja. Di bus, pesawat, kereta, di mana saja, kita dapat membacanya.
Maka, sangat disayangkan apabila seorang muslim tidak bisa membaca Al-Quran. Sangat disayangkan pula, jika seorang muslim yang sudah pandai membaca Al-Quran namun tidak membiasakan dirinya dan keluarganya untuk istiqamah membacanya setiap hari.
Sebagai orangtua Muslim, kita  memiliki tanggungjawab besar untuk memastikan bahwa anak-anaknya bisa dan terbiasa membaca Al-Quran. Beruntung jika mereka sampai pada tingkatan menghafalnya. Kalau pun orang tua belum sanggup mengajarkan secara langsung, titipkanlah mereka untuk belajar membacanya di TPQ atau Madrasah Diniyah.
Kelak anak-anak yang tumbuh dalam bimbingan Al-Quran, Insya Allah, akan menjadi keturunan yang membanggakan, generasi emas, pejuang Islam yang tangguh, karena di hati mereka ada Al-Quran yang membimbing, menyinari, dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah kepada mereka.
 Selain bisa membaca, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran juga menjadi jembatan meraih syafaatnya. Kita bisa mendengarkan secara langsung lewat radio, televisi, atau Mp3 murottal yang biasa diputar di masjid-masjid menjelang waktu shalat.
Mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran akan membuat hati dan jiwa pendengarnya tenteram dan damai. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
من قرأ القرآن كتب الله له بكل حرف عشر حسنات ومن سمع القرآن كتب الله له بكل حرف حسنة وحشر في جملة من يقرأ ويرقى (رواه الديلمي)
Siapa yang membaca Al-Quran, Allah akan mencatat baginya, sepuluh pahala kebaikan di tiap hurufnya dan siapa yang mendengarkan bacaan Al-Quran, Allah akan catat untuknya, satu kebaikan di tiap hurufnya, serta ia akan dibangkitkan dalam golongan orang yang membaca dan naik derajatnya.” (HR. Ad-Dailami)
Ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran tidak cukup hanya dibaca dan didengarkan. Lebih dari itu, kita harus menjadikannya sebagai sumber inspirasi di berbagai bidang kehidupan. Untuk bisa sampai ke arah tersebut, langkah yang harus kita tempuh adalah mengkaji hikmah-hikmah yang ada di dalamnya.
Berbagai penemun ilmiah dan fakta-fakta yang mencengankan ada dalam Al-Quran. Tinggal sejauh mana kemauan kita dalam mempelajarinya. Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang mengkaji dan mempelajari ayat-ayat Allah :
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه ابن حبان
“Pelajarilah Al-Quran oleh kalian, sebab kelak di Hari Kiamat ia akan datang memberi syafaat kepada para pengkajinya.” (HR. Ibnu Hibban)
Mengamalkan Hukum-hukum Al-Quran. Keadilan hukum merupakan dambaan setiap insan. Al-Quran turun dengan tujuan, salah satunya, memberikan rasa aman dan perlindungan bagi segenap jiwa manusia, dalam bentuk penegakan hukum untuk memutuskan suatu perkara. Ketika suatu produk hukum berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran itu diterapkan, akan memberikan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat. Tidak ada lagi istilah, “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.”
Sebagai contoh, hukum tentang larangan mengonsumi minuman keras. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa minuman keras itu merupakan perbuatan yang banyak mengandung bahaya, mempengaruhi akal dan jiwa seseorang. Dampaknya mencakup banyak aspek, meliputi : kerusakan pada diri orang yang mengonsuminya, keluarganya bahkan suatu negara.
Jika larangan mengonsumsi minuman keras ini diterapkan secara sungguh-sungguh, maka akan memgurangi kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat, akibat dampak Miras. Siapa yang mengamalkan hukum-hukum Al-Quran, ia akan mendapat syafaatnya, seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُومُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ حَلَالَهُ وَيُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ اللَّهُ لَحْمَهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ , وَجَعَلَهُ رَفِيقَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كَانَ الْقُرْآنُ لَهُ حُجَّةً (رواه الطبراني)
“Siapa yang membaca Al-Quran, dimana ia membacanya pada waktu shalat di tengah malam dan siang hari, ia menghalalkan halalnya dan mengharamkan haramnya, maka Allah haramkan daging dan darahnya terkena api neraka, dan akan menjadikannya teman pendamping para malaikat yang mulia dan baik, serta pada Hari Kiamat nanti Al-Quran akan menjadi hujjah (pembela) untuknya.” (HR. Thabrani)
, Mengajarkan Al-Quran kepada Orang lain. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang diberi ilmu oleh Allah untuk mengamalkan apa yang sudah ia peroleh, walau pun satu ayat. Termasuk mengajarkan Al-Quran dalam beragam bentuk seperti mengajarkan cara membaca yang baik dan benar, menguraikan makna dan kandungan ayat, atau menghimpun tafsir Al-Quran sebagai upaya mendekatkan umat kepada pemahaman terhadap Al-Quran yang baik, tidak menyimpang, tidak salah jalan, salah tafsir yang bisa menimbulkan keresahan kepada umat Islam.
Mengajarkan Al-Quran sesuai dengan bimbingan para ulama yang ahli di bidangnya, akan membuat umat semakin cinta terhadap Al-Quran dan mau mengamalkannya. Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
من تعلم القرآن وعلمه وأخذ بما فيه كان له شفيعا ودليلا إلى الجنة (رواه ابن عساكر
Siapa yang mempelajari Al-Quran, mengajarkan, dan mengamalkan isinya, maka ia akan menjadi pemberi syafaat dan petunjuk jalan menuju surga.” (HR. Ibnu Asakir).
Di saat kita mengamalkan Al-Quran, landasannya adalah semata-mata mengharap ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian dan hadiah. Pengamalan Al-Quran dengan ikhlas akan membuat seseorang bisa meraih syafaat Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda:
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَسَلُوا بِهِ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ قَوْمٌ يَسْأَلُونَ بِهِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْقُرْآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلَاثَةٌ: رَجُلٌ يُبَاهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه البيهقي
“Pelajarilah Al-Quran dan mintalah surga dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan duniawi. Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran: (1) Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri, (2) Seseorang yang mencari makan darinya, dan (3) seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. Baihaqi)
Mari kita mewujudkan doa kita, “waj`alhu lanaa hujjatan” kesaksian yang meringankan dari Al-Quran. Seperti halnya kesaksian dalam suatu pengadilan, ada saksi yang memberatkan dan ada pula saksi yang meringankan.
 Tentunya kita tidak ingin menjadi sosok yang mendapat kesaksian yang tidak kita harapkan. Kita berharap semoga kita, keluarga, dan saudara-sadaura kita Kaum Muslimin, mendapat syafaat Al-Quran dengan cara : membaca, mendengarkan,  mengkaji, melaksanakan hukum-hukum Al-Quran, mengajarkan dan melaksanakannya dengan ikhlas.
Wallahu a’lam
أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ

Selamat Datang

Selamat datang di blog penyuluh agama Tulungagung